[Satu] Bangun dari kebohongan

Saya tidak mengerti. 

Bagaimana saya bisa percaya kepada Tuhan, padahal saya tidak pernah melihat atau berbicara dengan-Nya? Pastilah saya ini bodoh atau delusional karena berbuat demikian.


Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

بَلْ  هُوَ  اٰيٰتٌۢ  بَيِّنٰتٌ  فِيْ  صُدُوْرِ  الَّذِيْنَ  اُوْتُوا  الْعِلْمَ  ۗ وَمَا  يَجْحَدُ  بِاٰ يٰتِنَاۤ  اِلَّا  الظّٰلِمُوْنَ

“Sebenarnya, (Al-Qur’an) itu adalah ayat-ayat yang jelas di dalam dada orang-orang yang berilmu. Hanya orang-orang yang zalim yang mengingkari ayat-ayat Kami.”

(QS. Al-‘Ankabut 29: Ayat 49)

Saya seorang Muslim.

Saya terlahir di keluarga Muslim dan tumbuh dalam lingkungan yang mayoritas adalah Muslim.

Seperti kebanyakan Muslim di negeri ini–Indonesia tercinta, sejak kecil saya sudah diajarkan tentang agama Islam. Saya mengikuti pendidikan sekolah dasar dan belajar pendidikan Islam di madrasah. Jadi, meskipun tidak sampai mengikuti pendidikan pesantren, sedikit banyak saya sudah belajar tentang Islam.

Saya belajar mulai dari tata cara berwudhu, belajar membaca huruf bahasa Arab Al-Qur’an melalui buku IQRO yang ditulis oleh KH As’ad Humam, belajar salat sesuai tuntutan Nabi Muhammad, belajar berpuasa, bersedekah, belajar tentang fiqih dasar, terkait mana yang halal dan mana yang haram, dan saya juga belajar tentang sejarah Islam.

Dahulu, saya pun meyakini bahwa seorang manusia sudah otomatis percaya kepada Tuhan sejak lahir. Ini sesuai kata Ulama1 yang menyampaikan bahwa Iman adalah fitrah. Ada yang merujuk kepada hadis Nabi dan ada pula yang merujuk kepada surah Ar-Rum ayat 30.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

فَاَ قِمْ  وَجْهَكَ  لِلدِّيْنِ  حَنِيْفًا  ۗ فِطْرَتَ  اللّٰهِ  الَّتِيْ  فَطَرَ  النَّا سَ  عَلَيْهَا  ۗ لَا  تَبْدِيْلَ  لِخَـلْقِ  اللّٰهِ  ۗ ذٰلِكَ  الدِّيْنُ  الْقَيِّمُ  ۙ وَلٰـكِنَّ  اَكْثَرَ  النَّا سِ  لَا  يَعْلَمُوْنَ 

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,”

(QS. Ar-Rum 30: Ayat 30)

Apabila ada seorang manusia keluar dari Islam, itu karena sejak kecil orang tuanya tidak menuntunnya ke arah Islam. Maka orang yang berpaling dari Islam dan iman kepada Allah, itu berarti dia telah mengingkari fitrahnya sebagai manusia.

Lalu, orang-orang yang ingkar itu kelak akan masuk Neraka.

Saya diajarkan demikian, dan percaya aturan mainnya seperti itu.

Semua tampak berjalan baik-baik saja. Saya tidak pernah mempermasalahkan Keislaman saya, dan cukup mengikuti apa yang sudah diwariskan oleh kedua orang tua. Cukup mempelajari Islam ala kadarnya dengan ikut kajian-kajian Keislaman pada umumnya.

Sampai kemudian saya menginjak usia 25 tahun…

Kamu bisa panggil saya Rama, dan ini adalah catatan perjalanan saya dalam mencari iman kepada Allah. Selamat mengikuti!


Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *